Jumat, 17 Desember 2010

Keefektifan Penggunaan media gambar dalam Pengajaran Menulis Kalimat Bahasa Inggris Siswa kelas V SD Negeri Seloprojo Kecamatan Ngablak Magelang Tahun Ajaran 2009/2010”


 
BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Tujuan pengajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar (SD) adalah agar siswa dapat membaca, menyimak, melafalkan, dan menulis sejumlah kosakata dan ketrampilan fungsional dalam kalimat dan ujaran bahasa Inggris sederhana yang berhubungan dengan lingkungan siswa, sekolah, dan sekitarnya. Hal tersebut tercantum dan sesuai dengan Keputusan Kepala Kanwil Depdikbud Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 017/I.13/MKpts/1994 tanggal 2 Februari 1994 tentang Kurikulum Muatan Lokal (MULOK) Pendidikan Dasar BBPP Sekolah Dasar mata pelajaran bahasa Inggris.

Secara resmi kebijakan tentang memasukkan pelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar sesuai dengan kebijakan Depdikbud RI No. 0487/1992, Bab VIII, yang menyatakan bahwa sekolah dasar dapat menambah mata pelajaran dalam kurikulumnya, asalkan pelajaran itu tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Kemudian, kebijakan ini disusul oleh SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993 tentang dimungkinkannya program bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal SD, dan dapat dimulai pada kelas 4 SD (http:www.depdiknas.go.id/selayangpandangpenyelenggaraanpendidikannasional)


Pada hakikatnya pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh sebab itu, tujuan utama pembelajaran bahasa Inggris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Inggris, baik secara lisan maupun tertulis. Pengertian komunikasi yang dimaksud adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa Inggris (Depdiknas, 2003:4)
Lie, Sekjen Dewan Pendidikan Jatim; Associate Director Asia Teel (Teachers Of English As a Foreign Language) menyatakan bahwa belajar bahasa Inggris di sekolah dasar (SD) dan menengah (SMP/SMA/SMK) mempunyai dua tujuan yaitu
1.      Siswa perlu menyiapkan diri agar bisa membaca buku teks dalam bahasa Inggris di tingkat perguruan tinggi.
2.      Kemampuan berbahasa Inggris masih digunakan sebagai faktor penentu guna mendapatkan pekerjaan dan imbalan menarik.
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris.
Pembelajaran bahasa khususnya bahasa Inggris memiliki tujuan agar peran siswa terampil berbahasa yang mencakup masalah ketrampilan berbicara, menyimak, membaca dan menulis. Namun pada kenyataannya nilai rata-rata bahasa Inggris yang diperoleh oleh siswa-siswa kelas V SD Negeri Seloprojo Kecamatan Ngablak Tahun Ajaran 2009/2010 khususnya pada nilai keterampilan menulis kalimat bahasa Inggris hanya 5,6.  Para siswa masih sering menemui kesulitan dalam mengekspresikan ide-ide mereka baik dalam keterampilan mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis. Sebagai contoh siswa tidak mampu untuk mengekspresikan ide-ide mereka secara tertulis meskipun apa yang akan ia tulis tersebut merupakan kalimat yang sederhana. Hal ini dapat diterima karena mereka tidak pernah mempergunakan bahasa Inggris sebelumnya. Sebagai sarana dalam meningkatkan keterampilan menulis kalimat bahasa Inggris maka guru dipandang perlu menggunakan pendekatan, cara, metode ataupun media yang dapat digunakan dalam pengajaran menulis kalimat bahasa Inggris.
Salah satu media pembelajaran yang dirasa cukup menarik adalah pembelajaran dengan menggunakan media gambar atau ilustrasi gambar. Pembelajaran dengan menggunakan media gambar ini akan sangat efektif untuk menjelaskan suatu konsep yang sering sulit dijelaskan dengan kata-kata. Dengan media ilustrasi gambar, diharapkan siswa dapat merumuskan pemahaman tentang suatu konsep: kaidah-kaidah asas (prinsip), unsur-unsur pokok, proses, hasil, dampak dan seterusnya.
Leontiev dalam bukunya Psychology and the Language Learning Process (1989) mengemukakan mengenai belajar bahasa pada masa kanak-kanak bahwa “Language learning in an early age of a child (6 – 12 years old) has a deceptive effect. His language development will be greatly affected by his experience in learning the language. When he has undergone the right track of learning his language acquisition will develop smoothly” (Leontiev, 1989 : 211). Pendapat Leontiev ini memberi peringatan bahwa pengajaran bahasa, khususnya suatu bahasa asing harus dijalani sesuai dengan tuntutan pembelajaran anak.  Karena pengajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar masih belum merupakan kegiatan kurikuler nasional, maka buku ajar pun tidak tersedia. Guru dituntut menggunakan bahan ajar darurat yang kesesuaian dan kemanfaatannya tidak bisa dipastikan.
Terdorong oleh hal-hal di atas itulah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai “Keefektifan Penggunaan media gambar dalam Pengajaran Menulis Kalimat Bahasa Inggris Siswa kelas  V SD Negeri Seloprojo Kecamatan Ngablak Magelang Tahun Ajaran 2009/2010”




B.           Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan yang menyebabkan kurangnya pemahaman siswa dalam keterampilan menulis bahasa Inggris yaitu :
1.            Kurangnya ketertarikan siswa dalam mempelajari bahasa Inggris khususnya menulis.
2.            Kurangnya sarana penunjang kegiatan pembelajaran menulis bahasa Inggris.
3.            Kurangnya usaha untuk meningkatkan keterampilan menulis bahasa Inggris.
4.            Kurangnya media ataupun teknik yang menarik yang mampu memotivasi siswa untuk belajar bahasa Inggris.
C.           Batasan Masalah
Dari masalah-masalah yang sudah dikemukakan di atas, maka penulis membatasi permasalahan yang berkaitan dengan keefektifan penggunaan media gambar dalam pengajaran menulis kalimat bahasa Inggris siswa kelas  V SD Negeri Seloprojo Kecamatan Ngablak Tahun Ajaran 2009/2010.

D.          Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis membuat rumusan masalah yaitu :
1.            Adakah perbedaan hasil pembelajaran menulis kalimat bahasa Inggris antara siswa yang diajar dengan mempergunakan media gambar dengan siswa yang diajar dengan menggunakan media Flashcard?
2.            Seberapa besar perbedaan hasil pembelajaran menulis kalimat bahasa Inggris antara siswa yang diajar dengan menggunakan media gambar dengan siswa yang diajar dengan menggunakan media Flashcard?

E.           Tujuan Penelitian
         Tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1.            Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil pembelajaran menulis kalimat bahasa Inggris antara siswa yang diajar dengan mempergunakan media gambar dengan siswa yang diajar dengan menggunakan media Flashcard.
2.            Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan kemampuan menulis  kalimat bahasa Inggris antara siswa yang diajar dengan menggunakan media gambar dengan siswa yang diajar dengan menggunakan media Flashcard.




F.            Manfaat Penelitian
1.            Bagi Guru
Dapat membantu guru dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris khususnya kegiatan menulis bahasa Inggris bagi siswa kelas V. 
2.            Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharpakan dapat membantu siswa dalam belajar menulis bahasa Inggris dengan dibantu dengan mempergunakan media gambar.



BAB II


TINJAUAN PUSTAKA

A.           Landasan Teori
1.      Menulis
a.      Pengertian Menulis
         Menurut Brown (1987) “Writing is the ability of decoding ideas, interest of feeling in written codes. There should be proposed to communicate with the reader, to express ideas without pressure and to explore experience”. Dari pernyataan Brown tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan untuk menguraikan ide-ide atau gagasan dan minat dalam bentuk tulisan. Tulisan ini harus mempunyai tujuan komunikasi terhadap pembaca, dengan mengekspresikan gagasan tanpa adanya tekanan dan untuk menggali dan memperluas pengalaman.
8

         Menurut Gerbart dan Rodriques (1989) “Writing is also a mean of people to communicate their ideas, thought, feelings, interest and impressions through graphic symbols of sound and meaning. Through writing human beings can transmit their needs, desires, problems, and thought”. Artinya bahwa menulis juga berarti sebuah alat untuk mengkomunikasikan ide, pikiran, perasaan ketertarikan, da pengaruh melalui symbol grafik suara dan arti. Melalui menulis manusia dapat mengirim keperluan mereka, masalah, dan pikiran.
         Sembada (1986) menyatakan bahwa menulis sebenarnya suatu kegiatan mencatat atau menulis simbol tulisan tangan yang harus berarti menurut peraturan-peraturan bahasa yang diterima.
Pembelajaran menulis pada hakekatnya adalah suatu pembelajaran tentang bagaimana seseorang mengekspresikan ide dan perasaannya lewat media tulisan (Rainey, 2003: 2). Melalui kegiatan menulis, seseorang juga bisa mengemukakan keperluannya, bisa merekam pikiran-pikirannya mengenai hal-hal yang penting atau kegiatan-kegiatan yang sifatnya pribadi dalam hidup mereka. Bahkan, menulis juga bisa dijadikan hiburan, dimana seseorang bisa mengkomunikasikan perasaan dan idenya kepada orang lain melalui media dan bentuk yang beragam, seperti surat, otobiografi, cerita, dan esai.
Reinking, dkk. (2002: 3) menyatakan bahwa terdapat empat tujuan umum dari kegiatan menulis, yaitu untuk menginformasikan, mempengaruhi, mengungkapkan, dan menghibur. Dalam suatu tulisan, hampir semua yang ditulis oleh penulis merupakan cerminan dari kemampuannya akan pengolahan kata-kata sehingga bahkan hal-hal yang abstrak bisa ditampilkan dengan lebih jelas karena kemampuan tersebut.
         Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan merangkai kata menjadi kalimat agar dapat dimengerti dan dipahami oleh orang lain yang membacanya dengan tujuan apa yang ditulis dapat memberikan informasi sehingga pembaca seolah-olah berkomunikasi dan mendapatkan manfaat dari kalimat yang dituliskan. Menulis adalah suatu cara untuk menyampaikan ide dan saran kita kepada orang lain. Menulis adalah cara lain memberikan informasi dan mempublikasikan diri kepada orang lain agar mereka tahu apa yang kita lakukan. Dengan menulis proses komunikasi berjalan lebih lancar. Namun  pada intinya, menulis adalah sebuah proses saling memberi informasi dan saling berkomunikasi antar sesama manusia dalam bentuk tulisan.

b.      Tujuan Menulis
         Menurut Tarigan  (1986) maksud dan tujuan menulis adalah :
1.      Untuk memberitahukan atau mengajar (Informative discourse).
2.      Untuk meyakinkan atau mendesak (Persuasive Discourse).
3.      Untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik (Literary Discourse).
4.      Untuk mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat (Expressive Discourse).

c.      Jenis-jenis Menulis
         Pada dasarnya ada beberapa jenis menulis diantaranya narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi dan deskripsi.
1.      Narasi
Jenis karangan yang digunakan untuk menjelaskan suatu rangkaian peristiwa (kisah) atau proses. Urutan peristiwa atau proses dapat dipahami dengan mudah jika gagasan ditulis secara berurutan. Untuk menunjukkan urutan dan hubungan antar peristiwa atau proses digunakan kata hubung antar kalimat; misalnya pertama, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya, selanjutnya, sesudah itu, berikutnya.
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
2.      Eksposisi
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.
Dapat juga dinyatakan bahwa eksposisi adalah tulisan yang memaparkan sesuatu, menjelaskan dan memberi keterangan-keterangan dalam mengembangkan sebuah gagasan. Nama lain dari karangan eksposisi adalah paragraf uraian; uraian dapat dilakukan dengan teknik perbandingan, kontras dan perincian.
Kalimat utama dalam paragraf perbandingan menyatakan dua hal yang akan dibandingkan; yang kemudian dikembangkan dengan menggunakan dua sudut pandang perbandingan secara berpasangan, misalnya deskripsi unsur-unsur kesamaan denan perbedaan; kerugian dengan keuntungan; kelebihan dengan kekurangan.
Kata hubung yang digunakan: dibandingkan dengan, jika dibandingkan dengan, sisi kesamaan, unsur perbedaan.
3.      Argumentasi
Karangan yang bertujuan untuk membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta sebagai alasan/ bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut. Dalam karangan argumentasi, berusaha meyakinkan pembaca tentang gagasan atau pendapat. Unsur-unsur yang terdapat di dalamnya adalah data, pendapat, dan kesimpulan.
4.      Persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.
Di samping itu, karangan persuasi bertujuan untuk meyakinkan, mengajak atau membangkitkan suatu tindakan dengan mengemukakan alasan-alasan yang kadang-kadang agak emosional. Jika argumentasi berusaha membuktikan kebenaran atau pernyataan melalui proses penalaran yang sehat, persuasi berusaha merebut perhatian dan membangkitkan tindakan terhadap pembacanya.
5.      Deskripsi
Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
Dengan kata lain deskripsi adalah tulisan yang melukiskan dan mengemukakan sifat, tingkah laku seseorang, suasana, kendala dan suatu tempat atau sesuatu yang lain Paragraf deskripsi dengan sudut pandangan subjektif dilakukan dengan melibatkan kesan atau perasaan pribadi terhadap objek seperti rasa simpati, kagum, heran, sedih, haru, benci, dan nada keprihatinan.
Kata hubungan antar kalimat yang harus diperhatikan adalah kata hubung koordinatif (dan, serta, atau), kata ganti, kata penunjuk dan pengulangan.

d.      Unsur-unsur Menulis
Harris (1969:69) menyatakan ada 5 (lima) elemen yang terkait dengan menulis yaitu :
1.      Isi
         Isi adalah substansi dari tulisan dimana ide dikemukakan.
2.      Bentuk
                  Bentuk adalah merupakan pengorganisasian dari isi tulisan. 
3.      Struktur
         Struktur adalah pola sintaksis dalam bentuk gramatikal.
4.      Gaya
         Gaya adalah pemilihan kata dan butir “leksikal untuk memberi tekanan khusus atau cita rasa tulisan”.
5.      Mekanik
         Mekanisme adalah penggunaan tata tulis kebahasaan.
        
e.      Tahapan Menulis
Pada dasarnya tahapan menulis dibagi menjadi tiga, yaitu :
1.      Pre-writing
Sebelum kegiatan menulis dimulai, para siswa yang akan menulis mencatat beberapa kata yang diperlukan untuk sebuah tulisan tertentu. Hal ini bertujuan di samping untuk memudahkan cara menyusun kalimat, juga agar tidak keluar dari topik yang ditentukan. Kemudian, siswa yang akan menulis tersebut memutuskan ide atau gagasan dari topik yang sedang ditulis.
2.      Writing
Siswa yang akan menulis sebuah topik yang telah ditentukan tersebut akan membuat beberapa kalimat dengan menggunakan kata-kata pre-writing di atas.



3.      Re-writing
Pada akhirnya, siswa dalam menulis harus memeriksa kembali tulisannya apakah sudah tepat struktur kalimatnya atau belum dan bila perlu menambah atau mengurangi keterangan yang tidak diperlukan.

f.       Langkah-langkah Menulis
Utari (1988) menyebutkan bahwa kegiatan menulis harus melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Mencari topik yang sesuai dengan tingkat kebahasaan pelajar dengan ruang lingkup kehidupannya.
2.      Menentukan tujuan mengapa penulis mengarang tulisan tersebut.
3.      Menentukan kepada siapa penulisan itu ditujukan.
4.      Membuat rencana penulisan.
5.      Mewujudkan karangan di atas kertas bermula dengan konsep kasar, kemudian direvisi dan disunting.
         Senada dengan Utari, dalam www.e-dukasi.net disebutkan beberapa tahapan menulis antara lain :
1.      Menentukan topik
2.      Mengumpulkan bahan sesuai dengan topik
3.      Menuangkan ide yang berhubungan dengan topik dalam bentuk kerangka besarnya.
4.      Mengembangkan kerangka menjadi uraian kalimat yang lengkap.
5.      Membaca kembali tulisan sekaligus membetulkan dan merapikan urutan sajian secara logis dan berurutan.

g.      Teknik Pengajaran Keterampilan Menulis
Pudyatmoko (1996:12) mengatakan bahwa ada empat teknik pengajaran menulis :
1.      Menulis yang dikendalikan (guided writing)
         Kegiatan pembelajaran yang ada adalah guided writing adalah :
         a.   Menyusun kata-kata yang diberikan secara acak menjadi sebuah kalimat.
         b.   Menyusun kalimat-kalimat yang diberikan secara acak menjadi paragraph.
         c.   Menulis jawaban pertanyaan-pertanyaan isi suatu teks.
         d.   Melengkapi percakapan sederhana dan teks sederhana.
         e.   Menulis kata yang didiktekan.
         f.    Menulis paragraph berdasarkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan.
2.      Menulis yang dibatasi (controlled writing)
         Kegiatan pembelajaran yang ada menulis jenis ini adalah :
         a.   Menulis paragraph berbentuk deskripsi berdasarkan grafik atau diagram yang diberikan.
         b.   Menulis diagram berdasarkan gambar seri.
         c.   Menulis pesan berdasarkan informasi yang diterima melalui pembicaraan telepon.
         d.   Menulis kembali isi atau pesan suatu teks.
3.      Menulis bebas (free writing)
         Kegiatan pembelajaran yang ada menulis bebas ini adalah :
         a.   Menulis paragraph berbentuk narasi yang menggambarkan suatu kejadian.
         b.   Menulis paragraph berbentuk narasi yang menggambarkan suatu kejadian
         c.   Menulis rencana perjalanan.
4.      Semi Guided Writing
Dalam teknik pengajaran ini pengajar memberikan beberapa pertanyaan sebagai contoh-contohnya. Berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan ini, siswa diharuskan menulis sebuah bacaan pendek dan siswa diperkenankan menambah informasi dari siswa itu sendiri.

h.      Masalah yang dihadapi dalam Keterampilan Menulis
Berikut ini adalah masalah yang sering dihadapi dalam keterampilan menulis adalah :
1.      Waktu yang terbatas untuk membahas keterampilan menulis secara baik. Dalam hal ini disebabkan karena jumlah jam pelajaran yang terbatas;
2.      Lemahnya penguasaan kosa kata, ejaan, struktur kalimat dan sebagainya;
3.      Kesulitan dalam memulai menulis;
         4.      Kesulitan dalam menuangkan ide;
5.      Kesulitan merangkai kalimat/kata dengan tepat;
6.      Keterbatasan perbendaharaan kata/istilah;
7.      Rendahnya minat dan motivasi;
8.      Rendahnya minat baca, akibatnya wawasan menjadi sempit

i.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menulis
Keberhasilan suatu pemahaman pelajaran menulis bertitik tolak pada minat, intelegensi, motivasi, konsentrasi fisik, dan kematangan. Maka dari itu harus diketahui apa yang disebut dengan minat, intelegensi, motivasi, konsentrasi fisik, dan kematangan.
1.      Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. 
Penilaian minat dapat digunakan untuk :
a.   Mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,
b.   Mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
c.   Pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
d.   Menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
e.   Mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat sama,
f.    Acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi,
g.   Mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik,
h.   Bahan pertimbangan menentukan program sekolah,
i.    Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
2.      Intelegensi
Intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan seseorang untuk dapat bertindak secara terarah, berfikir secara baik dan bergaul dengan lingkungannya secara efisien (Wechsler 1958: 13). Menurut Stern (Ngalin, 1990:52) menyatakan bahwa intelegensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru dengan menggunakan cara berfikir sesuai dengan tujuannya serta intelegensi bergantung dari dasar dan keturunannya.



3.      Motivasi
Gardner dan Tremblay (1994) menyatakan bahwa motivasi berhubungan dengan bagaimana seseorang bertingkah laku.
Disebutkan bahwa terdapat 4 (empat) aspek dalam motivasi, antara lain :
1)   Tujuan,
2)   Usaha,
3)   Keinginan mencapai tujuan, dan
4) Tingkah laku yang mendukung pencapaian suatu pemecahan masalah.
Selain itu, motivasi juga didefinisikan sebagai suatu awal untuk menciptakan dan menjaga tingkah laku seseorang menuju pencapaian tujuan (Ames & Ames, 1989). Aspek motivasi ini sangat penting karena berperan dalam menentukan keaktifan dan tingkah laku siswa dalam belajar (Ngeow, 1998).
Oxford & Shearin (1994) lebih lanjut menyatakan bahwa motivasi adalah hasrat untuk mencapai tujuan, dikombinasikan dengan usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Banyak penulis mempertimbangkan motivasi sebagai sebuah elemen utama yang menentukan kesuksesan dalam meningkatkan kemampuan dalam mempelajari bahasa kedua maupun bahasa asing. Hal ini menentukan rentang keaktifan,dan keterlibatan personal dalam mempelajari bahasa kedua.
Motivasi dapat dibagi menjadi dua yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif timbul sebagai respons yang melibatkan kenyamanan dan optimisme tentang tugas-tugas yang diemban. Sedangkan motivasi negatif mengacu pada pengambilan tugas-tugas yang selalu dihantui rasa tidak nyaman yang pada akhirnya menghasilkan sesuatu yang tidak diinginkan pula. Sebagai contoh, ketidaklulusan, yang disebabkan motivasi yang rendah sehingga tugas-tugas perkuliahan tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Sehubungan dengan hal tersebut, Gardner dan Lambert (1972) mengemukakan sebuah model yang disebut dengan Socio-Educational Model. Model ini tersusun setelah melakukan penelitian selama lebih dari sepuluh tahun dan disimpulkan bahwa tingkah laku pembelajar terhadap bahasa dan budaya target memiliki peranan penting dalam motivasi pembelajaran bahasa. Dari model ini terdapat dua macam motivasi, yaitu motivasi instrumental dan integratif.
         Motivasi instrumental mengacu pada keinginan pembelajar untuk mempelajari bahasa dengan tujuan untuk tujuan-tujuan riil dan praktis, misalnya persyaratan masuk perguruan tinggi, mencari pekerjaan, atau berkunjung ke suatu tempat. Sedangkan motivasi integratif mengacu pada keinginan untuk mempelajari bahasa dengan tujuan mampu berinteraksi dengan masyarakat bahasa target. McDonough (1981) menambahkan bahwa terdapat dua jenis motivasi integratif, yaitu motivasi asimilatif dan motivasi afiliatif. Motivasi asimilatif merupakan motivasi ‘kuat’ dari seseorang untuk berasimilasi dengan budaya dan bahasa masyarakat target secara penuh. Sedangkan motivasi afiliatif merupakan motivasi ‘lemah’ dari seseorang untuk berinteraksi secara penuh dengan budaya dan bahasa masyarakat target tanpa melupakan budaya yang dimilikinya.
4.      Konsentrasi
Kesiapan individu untuk menerima stimulant atau rangsangan dari luar. Dengan adanya konsentrasi, siswa dikondisikan secara optimal untuk menerima pelajaran.
5.      Fisik
         Faktor fisik adalah faktor yang berhubungan dengan kesempurnaan jasmani. Hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil proses belajar siswa terutama yang berkaitan dengan kesehatan secara umum. Kesehatan panca indra termasuk factor yang harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar menulis karena menulis memerlukan kemampuan yang ditunjang oleh kesehatan panca indra.
6.      Kematangan
         Faktor kematangan bertalian erat dengan dua hal, yaitu kematangan jiwa dan pertumbuhan fisik anak. Kematangan jiwa turut menentukan keberhasilan proses belajar. Individu yang belum mencapai kematangan jiwa akan sulit dilatih atau dididik dalam berbagai penerapan materi ajar. Kematangan yang dapat mencapai kesuksesan ditunjang oleh watak dan kepribadiannya.
2.      Media Gambar
         a.      Pengertian Gambar
Horby (1982) mengartikan gambar sebagai lukisan, gambar atau sketsa dan suatu pekerjaan seni. Gambar adalah sebuah skema obyek, manusia, dan sebagainya.
Menurut Nasution (1988) terdapat dua jenis gambar yaitu :
1.            Gambar proyeksi. Gambar pada proyektor tak tembus pandang (opaque projector) dan proyeksi mikro.
2.            Gambar non proyeksi. Contoh gambar pada majalah, foto, lukisan dan sebagainya.
Dermawan (1989) menyatakan bahwa ilustrasi adalah suatu tindakan menghiasi, menerangi atau pendukung guna membantu proses pemahaman terhadap suatu objek. Di sisi lain Grantika (1998) membaginya menjadi dua kelompok yaitu ilustrasi dwi matra (lukisan, gambar, fotografi) dan tri matra (patung, dan relief). Hafer and White (1989) berpendapat bahwa bahasa gambar sangat mendukung menyampaian pesan secara cepat kepada manusia. berpendapat bahwa bahasa gambar sangat mendukung proses penyampaian publikasi. Mereka juga berpendapat bahwa sebuah ilustrasi bukanlah sekedar gambar/foto yang indah namun juga harus komunikatif, artinya mampu mengakomodir keseluruhan isi pesan sehingga bisa dipahami oleh khalayak sasaran.
Jenis dan tipe ilustrasi : 
·               Gambar (manual dan digital)
·               Foto
·               Bentuk
·               Warna
·               Huruf (Tipografi)
Finn (dalam Engel, Blackwell dan Miniard, 1995) menyatakan bahwa gambar mempunyai banyak faktor penarik perhatian yaitu ukuran, warna, kekontrasan.

b.      Karakteristik gambar yang baik sebagai media pendidikan.
Pengertian media mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi (AECT Task Force, 1986) (dalam Latuheru, 1988:11).
Robert Heinich dkk (1985:6) mengemukakan definisi medium sebagai sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dari sudut pandang yang sama, Kemp dan Dayton (1985:3), mengemukakan bahwa peran media dalam proses komunikasi adalah sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sander) kepada penerima pesan atau informasi (receiver).
      Sadiman dkk (1986) menyatakan karakteristik gambar yang baik adalah :
a.      Autentik. Gambar tersebut secara jujur melukiskan situasi seperti jika orang melihat benda sebenarnya.
b.      Sederhana. Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar.
c.      Ukuran relative. Gambar dapat memperbesarkan atau memperkecilkan objek atau benda sebenarnya.
d.      Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.
e.      Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
f.       Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus.

c.      Kelebihan-kelebihan media gambar
Kelebihan-kelebihan media gambar dijelaskan oleh Sadiman (1986) :
a.      Bersifat konkret. Gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.
b.      Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke dalam kelas.
c.      Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
d.      Gambar dapat memperjelas suatu masalah. Dalam bidang apa pun dan tingkat usia berapapun, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.
e.      Gambar harganya lebih terjangkau dan mudah didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.

3.      Media Flash Card
         a.      Pengertian Permainan Flash Card
                  Zaini dkk (2005) menyatakan bahwa teknik permainan flash card adalah suatu teknik pengajaran yang berupa permainan, dimana siswa diberi suatu potongan tentang suatu informasi yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam suatu pelajaran pada sehelai kertas atau flash card. Guru membahas informasi yang ada dalam kartu flash card, kemudian siswa diminta untuk menjelaskan atau menerangkan kembali apa yang telah dijelaskan oleh guru.
                  Nurwati (2005) menyatakan bahwa flash card aalah kartu permainan yang sangat efektif untuk membantu siswa belajar bahasa Inggris sejak usia sedini mungkin. Penggunaan flash card dalam mengajar bahasa Inggris memudahkan siswa dalam penguasaan bahasa Inggris adalah satu cara yang mudah dan murah tapi sayangnya cara ini tidak digunakan sepenuhnya oleh guru dan juga kemungkinan oleh para pendidik.
                  Kegiatan ini digunakan untuk menguji memori para siswa dengan cara guru akan meletakkan beberapa flash card di atas lantai atau meja dalam bentuk bulatan. Biarkan bagian yang bergambar di atas. Guru memberikan waktu sekitar satu menit kepada siswa untuk mengingat-ingat semua gambar yang ada di flash card. Jika permainan ini dilakukan oleh beberapa siswa, guru bisa membagi menjadi dua kelompok atau lebih dan setiap kelompok diberi waktu dua menit untuk mengingat-ingat gambar yang ada di flash card. Latihan ini sangat cocok untuk menguji memori para siswa di samping memberi mereka satu jenis materi pelajaran. Yang terpenting dari kegiatan ini adalah sebagai salah satu kegiatan permaian kepada para siswa dan bukan sebagai salah satu latihan. Ini memastikan mereka lebih giat dalam belajar dan tidak merasa tertekan untuk menghafal materi-materi pelajaran.
                  Dalam kegiatan ini guru meletakkan 9 flash card di atas papan tulis. Pastikan bagian yang bergambar dari flash card itu adalah bagian yang paling atas. Kemudian lingkari semua bagian dari flash card itu dengan spidol warna, kemudian tunjukkan semua flash card dan sebutkan satu persatu berulang kali sampai mereka ingat. Tanggalkan flash card itu satu persatu tapi terus menunjuk di mana flash card itu berada tadi. Bila guru menanggalkan flash card yang pertama, kemudian guru menunjuk ke tempat kosong dan menganggukkan kepala dan menyuruh para siswa untuk menyebutkan gambar tadi yang ditanggalkan. Kemudian salah satu siswa meletakkan semula flash card itu ketempatnya yang benar dan bertanya kepada temanya di mana flash card itu. Untuk siswa yang lainnya guru menyuruh mereka ke papan tulis dan menuliskan nama gambar yang ada di flash card itu yang telah ditanggalkan. Kegiatan ini akan menunjukkan kesan peralatan visual dan mereka akan membuktikan imajinasi yang dilihat di flash card itu dan masuk ke dalam memori mereka.

         b.      Mengajarkan keterampilan menulis menggunakan permainan flash card
                  Langkah-langkah dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan permainan flash card :
a.             Guru memperlihatkan gambar kepada siswa, kemudian menyebutkan dan menuliskan satu persatu dalam bahasa Inggris dan dilanjutkan dengan menempelkan ke papan gabus.
b.            Siswa menirukan apa yang diucapkan dan ditulis oleh guru.
c.             Guru menempelkan nama-nama di bawah masing-masing gambar dengan memberikan pertanyaan, kemudian siswa menjawab.
d.            Siswa dibagi dalam dua kelompok untuk berlomba menyebutkan dan menuliskan nama-nama yang ada pada gambar atau flash card yang disediakan secara bergantian, yang dapat menyebutkan dan menuliskan lebih banyak adalah kelompok yang menang.
e.             Pada akhir pembelajaran siswa diberi tugas untuk membuat kalimat dari gambar atau flash card yang ada.

B.           Kerangka Berpikir
         Tujuan pengajaran bahasa Inggris adalah agar siswa terampil dalam berbahasa Inggris. Pengajaran dengan dilengkapi media belajar akan mengoptimalkan hasil belajar siswa.
         Keterampilan menulis sangatlah penting karena dengan keterampilan menulis maka para siswa dapat mengekspresikan perasaan mereka, ide-ide dan pemikirannya kepada orang lain. Sedangkan para siswa seringkali menemui kesulitan dalam belajar menulis.
         Pembelajaran dengan menggunakan media gambar memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menulis.

C.           Hipotesis
         Dari uraian di atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai  beikut :
1.            Ada perbedaan hasil pembelajaran menulis kalimat bahasa Inggris antara siswa yang diajar menggunakan media gambar dan yang yang diajar menggunakan media flash card.
2.            Penggunaan media gambar dalam pengajaran menulis kalimat bahasa Inggris memberikan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan pengajaran menulis kalimat bahasa Inggris yang menggunakan media flash card.




BAB III


METODOLOGI PENELITIAN

A.           Jenis Penelitian
Metode yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yaitu data yang dikumpulkan nantinya adalah data yang berupa angka dan data analisis dengan bantuan ilmu statistik.
Penelitian ini untuk mengetahui apakah media ilustrasi gambar lebih efektif terhadap keterampilan menulis bahasa Inggris yang mempergunakan media flash card. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah siswa yang gurunya menerapkan penggunaan media ilustrasi gambar dapat lebih baik dalam keterampilan menulis mereka serta penulis ingin mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara guru yang menerapkan penggunaan media ilustrasi gambar dan yang mempergunakan  flash card.
Dalam penelitian ini juga, penulis akan membagi siswa menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang diajar mempergunakan media gambar sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang diajar menggunakan media flash card. Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan perlakuan terhadap kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.





30



B.           Populasi dan Sampel
         Populasi adalah keseluruhan obyek dari suatu penelitian (Arikunto 1996:115). Sedangkan menurut Hadi (1988) Populasi adalah keseluruhan yang dimaksud untuk diselidiki.
         Sesuai dengan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan benda atau hal yang dijadikan sebagai subyek. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Seloprojo dan SD Pager Gunung Kecamatan Ngablak sehingga keseluruhan dari populasi penelitian ini adalah 64 siswa.
         Dari jumlah populasi yang ada, penulis mengambil masing-masing sampel 32 siswa untuk setiap satu sekolah.

C.           Teknik Pengambilan Sampel
         Jenis teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling yaitu semua individu yang berada dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel dengan cara undian.
         Jumlah seluruh sample adalah 64 siswa yang terdiri dari 32 siswa untuk kelompok eksperimen dan 32 siswa untuk kelompok kontrol. Diperkirakan kemampuan kedua kelompok tersebut seimbang.
          



D.          Prosedur Penelitian
         Dalam melakukan penelitian ini penulis akan melakukan kegiatan pengajaran terhadap kedua kelompok. Kelompok eksperimen diberi kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media gambar. Setelah melakukan kegiatan tersebut, penulis memperoleh data sebagai berikut :
1.            Nilai tes kelompok siswa yang proses belajar mengajarnya menggunakan media gambar diberi simbol A.
2.            Nilai tes kelompok siswa yang proses belajar mengajarnya menggunakan media flash card diberi simbol B.

No
Kelompok
Perlakuan
1.
A
Rata-rata siswa yang proses belajar mengajarnya menggunakan media gambar.
2.
B
Rata-rata siswa yang proses belajarnya menggunakan flashcard.

         Berikut ini langkah-langkah proses kegiatan belajar mengajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagai berikut :
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
I. Pre-test
II. Pre-test
II. Perlakuan
II. Perlakuan

a.   Pre-writing Activity
·         Guru menunjukkan gambar kepada siswa.
·         Guru memberikan kata-kata yang tidak berurutan yang akan digunakan oleh siswa.
b.   Whilst-writing Activity
·         Guru memberikan penjelasan tentang gambar dan kata-kata yang disediakan.
·         Siswa mengamati gambar dan menyusun kata-kata acak yang disediakan menjadi sebuah kalimat.
c.   Post-writing Activity
·         Guru mengajarkan materi dengan menggunakan gambar.


II.           Post-test
a.   Pre-writing Activity
·         Guru memperlihatkan gambar kepada siswa, kemudian menyebutkan dan menuliskan satu persatu dalam bahasa Inggris dan dilanjutkan dengan menempelkan ke papan gabus.
·         Siswa menirukan apa yang diucapkan dan ditulis oleh guru.
b.   Whilst-writing Activity
·         Guru menempelkan nama-nama di bawah masing-masing gambar dengan memberikan pernyataan kemudian siswa menjawab.
·         Siswa dibagi menjadi dua kelompok untuk berlomba menyebutkan  nama-nama yang ada pada flashcard.
c.   Post-writing Activity
·         Siswa diberi tugas untuk membuat kalimat dari gambar flashcard yang ada
III. Post-test

E.           Teknik Pengumpulan Data
         Data dan informasi akan diperoleh dengan menggunakan :
1.            Tes
               Tes dilakukan sebelum (pre-test) dan setelah perlakuan (post-test) Pre-test digunakan untuk mendapatkan data prestasi siswa sebelum dia kelompok diajar menggunakan cara yang berbeda sedangkan post-test dilakukan setelah mengajar dua kelompok menggunakan perlakuan yang berbeda.
               Hasil rata-rata kedua kedua kelompok dibandingkan, kemudian penulis akan menemukan signifikan atau tidaknya perlakukan yang diberikan.
2.            Eksperimen
               Siswa yang diberi tes dilengkapi dengan media gambar adalah kelas eksperimen dan yang diberi tes dengan menggunakan flashcard adalah kelompok kontrol.
Baik pre-test dan post-test mempunyai bentuk soal yang sama. Kelompok eksperimen diberi sebuah gambar dan kata acak agar disusun menjadi sebuah kalimat yang menunjukkan aktivitas yang terdapat pada gambar tersebut. Untuk kelompok kontrol yang menggunakan flashcard diberikan potongan-potongan kata yang ditulis dalam sebuah kartu agar disusun menjadi sebuah kalimat yang nantinya susunan kata tersebut juga menunjukkan aktivitas yang ada digambar kelompok eksperimen.



F.            Teknik Analisis Data
         Sebelum penelitian dimulai, dibuat dua kelompok siswa yang berbeda namun mempunyai latar belakang yang sama. Dua kelompok tersebut adalah kelompok percobaan Y yang diberi perlakuan menulis menggunakan media gambar dan kelompok X yang diberi perlakuan menulis dengan menggunakan media flash card. Kelompok X dan Y mempunyai jumlah siswa yang sama yaitu 32 siswa.
         Untuk mengetahui keseimbangan latar belakang semua anggota sampel maka diberi pre-test. Pengambilan data pre test dilakukan dengan menggunakan prosedur sebagai berikut :
NX   : jumlah sample kelompok X
NY   : jumlah sample kelompok Y
åX    : jumlah skor kelompok X
åY    : jumlah skor kelompok Y
MX   : åX : NX
MY   : åY : NY
x       : X-MX
y       : Y-MY
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata kedua kelompok tersebut nyata atau tidak, dapat dihitung menggunakan uji-t dengan langkah-langkah sebagai berikut :
 Tpre-test =
         Hasil t di atas dikonsultasikan dengan t-t-tabel dalam taraf signifikansi 5%, jika t-hitung lebih kecil t-tabel maka data ini membuktikan perbedaan rata-rata pre test antara kelompok X dengan\ kelompok Y tidak nyata atau signifikan. Oleh karena itu kedua kelompok itu dikatakan seimbang.
         Langkah selanjutnya mengadakan percobaan dengan memberikan perlakuan seperti yang disebutkan di atas dalam proses pengajaran setelah diberikan perlakuan, kemudian diberikan post test. Setelah didapatkan hasil kemudian dihitung dengan perhitungan statistic sebagai berikut :
1.            Kelompok X
NX                        : jumlah kelompok X
NY                        : Jumlah skor kelompk sample X
         MX            : åX : NX
         x                : X-MX

2.            Kelompok Y
         NY                        : jumlah sample kelompok Y
         åY             : jumlah skor kelompok Y
         MY            : åY : NY
         y                : Y-MY
         Dengan bilangan-bilangan yang telah diketahui, kemudian menguji hipotesis statistic dengan menggunakan t-tes randomized design dengan langkah-langkah berikut :

         T post-test =
         Untuk membuktikan hasil yang menunjukkan perbedaan, maka digunakan ttest selanjutnya perbandingan antara hasl perhitungan thitung dan ttabel dengan ketentuan apabila thitung sama atau lebih besar dari ttabel berarti ada perbedaan yang signifikan antara penerapan pengajaran dengan menggunakan media gambar dalam pengajaran menulis bahasa Inggris maka H0 ditolak dan Ha diterima.

G.          Hipotesis Statistik
         Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah :
1.            Tidak ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajar menggunakan media gambar dan yang diajar dengan menggunakan media flash card.
2.            Media gambar tidak berpengaruh untuk meningkatkan hasil belajar menulis bahasa Inggris siswa kelas V SD.




BAB IV


HASIL PENELITIAN

A.           Hasil Penelitian
                  Sebelum penelitian dilakukan, penulis memberikan tes awal (pre test) pada semua kelompok. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengontrol dan menjaga keseimbangan latar belakang kedua kelompok tersebut sehingga apabila pada akhir penelitian ini terdapat perbedaan hasil dalam kedua kelompok itu maka dapat dipastikan bahwa perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan teknik yang diterapkan dalam proses pengajaran.
                  Perbedaan itu juga bukan disebabkan oleh adanya perbedaan latar belakang dari kedua kelompok tersebut.
                  Hasil yang diperoleh dari pre test tersebut adalah sebagai berikut :
         1.      Mencari mean kelompok kontrol (X)
                  NX                        : 32
                  åX             : 199,5
                 

                  åx              : 0
                  åx2            : 37,49




38



         2.   Kelompok eksperimen (Y)
                  NY                        : 32
                  åY             : 196,5
                  MY            : 6,14
                  åy              : 0
                  åy2            : 15,62
                  Untuk mengetahui apakah perbedaan rata-rata kedua kelompok tersebut signifikan atau tidak maka dapat dihitung menggunakan uji t dengan langkah-langkah sebagai berikut :
        

                  Dari hasil di atas kemudian dikonsultasikan dengan tt dalam taraf signifikan 5% dari derajat bebas NX + NY -2. Dilihat dari table critical value of t-test terdapat df : 62. Sedangkan nilai terdekat dari df:62 adalah 60 dengan taraf signifikan 5 %. Selisih nilai df 60 dan df 120 dalam tabel adalah 1,67-1,66 = 0.01 sedangkan selisih nilai df : 62-60 adalah 2. Beda nilai 2 x 0.02 = 0,02. Maka nilai df 62 dengan taraf signifikan 5% adalah :
         Nilai df 60           : 1,67
         Beda nilai            : 0.02
         Nilai df 62           : 1,65 dapat dikatakan bahwa nilai df 62 = 1,65
                  Dari pengertian tersebut angka to = 0,56 lebih kecil daripada tt = 1,65. Data ini menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata test awal (pre-test) antara kelompok X dan Y tidak signifikan. Oleh karena itu kedua kelompok dalam penelitian ini dapat dikatakan seimbang.
                  Setelah itu penelitian dilakukan terdapat beberapa hal yang muncul sebagai hasil. Dengan melalui perhitungan statistic diperoleh bilangan-bilangan sebagai berikut :
1.            Kelompok kontrol (X2)
NX2           : 32                              MX2     : 6,5
åX2           : 209                            x          : 0
x2               : 12,2
2.            Kelompok eksperimen (Y2)
NY2           : 32                              MY2     : 7,3
åY2           : 232                            y          : 0
y2               : 12,5




To post test      
                       


B.     Pembahasan Uji Hipotesis
                  Berdasarkan hasil data analisa komparasi di atas, akan dibahas sebagai berikut :
1.      Hipotesis statistic pertama yang menyatakan ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis bahasa Inggris siswa yang proses proses pembelajarannya menggunakan media gambar dengan siswa yang proses pembelajarannya menggunakan flash card diterima karena hasil analisis statistic ttes menunjukkan t hitung = 5,1 lebih besar dari                t table =1,65 pada taraf signifikan 5% atau taraf kepercayaan 95% dengan dbn = 62.
2.      Hipotesis statistic kedua yang menyatakan kemampuan menulis siswa yang menggunakan media gambar lebih baik daripada siswa yang proses pembelajarannya menggunakan flash card diterima karena nilai kelompok siswa yang proses pembelajarannya menggunakan media gambar dengan jumlah soal post test 20 buah diperoleh nilai tertinggi 8,5 dan nilai terendah 6,0 sedangkan kelompok siswa yang diajar dengan flash card diperoleh nilai tertinggi 8,0 sedangkan nilai terendah 5,5. Hal tersebut berarti kemampuan menulis bahasa Inggris siswa yang menggunakan media gambar lebih baik daripada yang mempergunakan flash card.

C.     Pembahasan Hasil Penelitian
                  Hipotesis penelitian yang menyatakan ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis bahasa Inggris yang proses pembelajarannya menggunakan media gambar dengan siswa yang proses pembelajarannya menggunakan flash card diterima, hal tersebut didasarkan data yang telah diuji dengan analisa komparasi diperoleh t hitung (to) = 5,1 yang kemudian dikonsultasikan dengan t tabel (tt) dengan taraf signifikan 5% dan db = N-2 = 62 dalam table menunjukkan angka 1,65.
                  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa to = 5,1 lebih besar daripada tt = 1,65 sehingga terbukti adanya perubahan yang signifikan antara penerapan media gambar dengan flash card dalam pengajaran menulis bahasa Inggris.
                  Mean post-test dengan pengajaran flash card (6,5) lebih rendah daripada mean post test dalam pengajaran yang menggunakan media gambar (7,3). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengajaran menulis bahasa Inggris dengan menggunakan media gambar lebih efektif. Ini berarti yang mengatakan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara pengajaran menulis bahasa Inggris dengan media gambar dan flash card tidak diterima. Hal ini menunjukkan bila Ho ditolak dan Ha diterima.



BAB V


SIMPULAN DAN SARAN

A.           SIMPULAN
                  Berdasarkan penelitian yang telah dianalisis dapat ditarik kesimpulan :
1.            Ada perbedaan hasil kemampuan pemahaman membaca pada pengajaran menulis bahasa Inggris yang diajar dengan menggunakan media gambar dan pengajaran menulis bahasa Inggris dengan mempergunakan flash card yaitu mean post test pada kelompok eksperimen lebih baik yaitu 7,3 sedangkan kelompok control 6,5.
2.            Penggunaan media gambar dalam pengajaran menulis bahasa Inggris memberikan sumbangan yang signifikan terhadap kemampuan menulis kalimat bahasa Inggris siswa. Ini terbukti dari hasil penelitian menunjukkan t hitung sebesar 5,1 lebih besar daripada t tabel 1,65.




44


B.     SARAN
                  Dari simpulan yang dinyatakan berdasarkan penelitian maka penulis menyarankan beberapa hal :
3.            Hendaknya pengajaran mempergunakan media gambar dalam pengajaran menulis kalimat bahasa Inggris diterapkan di sekolah karena hal ini bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman menulis kalimat bahasa Inggris.
4.            Sebaiknya para pengajar juga terlibat secara aktif dalam kegiatan menulis kalimat bahasa Inggris. Kreatifitas para pengajar dalam mempergunakan media gambar lebih ditingkatkan.



DAFTAR PUSTAKA




AECT. 1986. Definisi Teknologi Pendidikan Satuan Tugas Definisi dan Terminologi AECT. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada

Arikunto, Suharsimi, Dr. 1992. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, Dr. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara .

Brown, HG, 1987. Principles of Language Learning and Teaching. Englewood cliffs: Prentice-Hall, Inch: H.j.

Dermawan, Agus T., Ilustrasi dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1998. VII, 35.
Dunn, Opal. (1983), Beginning English With Young Children, the Macmillan Press Limited, London.
Dunn, Opal. (1984), Developing English With Young Learners, the Macmillan Press Limited, London.
Engel, James F., Roger D. Blackwell., Paul W. Miniard., Perilaku Terhadap Gambar. Terj. Budijanto, Jakarta : Bina Rupa Aksara, 1995.
Gerbart and Rodriques. 1989. Teaching Writing to Tertiary Level ESL Students. In L. Tickhoo. 1994.
Getzel, Jacobs W. and Jackson P.W. 1966. Creativity and Intelligence. New York : Wiley.
Grantika, IGK. Ilustrasi Sebagai Media Komunikasi Visual, Visual, Vol I No. 3, 1998, 64.
Haffer, Keith W. dan Gordon, E. White. Putting Creative Strategy to Work. St. Paul. : West Publishing Company, 1989.
Harris, P. David, 1969. Language Testing as a Second Language. San Fransisco: Mc Graw-Hill Book Company.
Heinich Robert et-al.  1985. Instructional Media and New Tecnologies of Instrucsion. Jhon Wiley & Sons.



46



Horby, AS. 1980. Advanced Learner’s Dictionary of Current English. London: Oxford University Press.
http://www.depdiknas.go.id/selayangpandangpenyelenggaraanpendidikannasional. “Assessed 3 March 2004”.
Kemp, Jerold E. 1985. Planning and Producting Audio Visual Materials. Thomas Y. Crowell Inc. New York
Kemp, Jerrold E. and Dayton, Deane K. 1985 Planning and producing instructional media, New York Harper & Row.
Latuheru, John D. 1988. Media Pembelajaran dalam proses Belajar Mengajar Masa kini. Jakarta : Depdikbud DIKTI P2LPTK
Leontiv Alexei. Psychology and Language Learning Process. Pergammon. London.

Nasution, S. 1988. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

0.WechslerThe Measurement and Appraisal of Adult Intelligence, 1958
Pudyatmoko, Tri, W.J, Drs. Dkk, 1996. Pegangan Guru. Jakrta: Perum Balai Pustaka.
Rainey, M.C. 2003. Expression: An Introduction to Writing, Reading, and Critical Thinking. USA: Longman, Inc.
Reinking, D., Bridwell, B., and Hart, A. W. 2002. Strategies for Successful Writing. USA: Prentice Hall.
Sadiman, Arief S., et al. 1986. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sembada, Priya .1986. Writing. Jakarta: Karunia Universitas Terbuka.
Stern, William, 1990. The Writing Composition. San Fransisco. Mc. Graw. Hill Book Company.
Subiyakto, Sri Utari, Dr. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tarigan, Djago. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Zaini, Hizam dan hastini Nurwati. 2005. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta. P & K Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik.





ABSTRACT




The Effectiveness of Picture Media Card in Teaching Writing of English Sentence to the Fifth Grade Students of SD N Seloprojo, Ngablak Subdistrict Magelang Regency in the School Year 2009/2010.

            Writing is one of the four language skills that have an important role in language mastery. However, the result of the students’ writing ability is commonly low. The condition above is caused by both internal and external factors. One of the external factors is the media that is used in teaching learning process.
            The objectives of the study are to know whether there is a significant difference in students’ writing skill that uses the picture as a teaching media with flash card that uses as a teaching media too. Based on the explanation, the writer puts two hypotheses as follows:
1.      There is a significant difference in students’ writing skill between the students that whose teacher uses picture as a teaching media with flash card.
2.      The students whose teacher uses picture as a teaching media in teaching writing skill have better writing skill that uses flash card as a teaching media.......................................................................
            The population in this reseach is the fifth-grade students of SD Seloprojo Ngablak Magelang in the school year 2009/2010. Because of the lack of the students of SD Seloprojo, the writer takes the students of SD Pagergunung. There are 64 students all and the writer divided it into two groups. The research began by giving pre-test to each group, giving different treatment to those two groups, then giving post test to them. In order to analyze the data the writer used t-test method. The result of t-test states that the score of t-test was higher that t-table (5.1>1.65).
            After the result of t-test is gotten, the writer draws conclusions that there is a significant different in the result of teaching writing skill between the students whose teacher uses picture as a teaching media and the students whose teacher uses flash card as a teaching media. Teaching writing by using picture as a teaching media was more effective than teaching writing by using flash card as a teaching media.
            Since the effective of picture as a teaching media is proved, the writer would like to give suggestion to the English teachies especially in elementary school to use picture as a teaching media for teaching writing to improve the students’ ability.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar